Sejarah Kolonialisme di Lombok
Kolonialisme Belanda di Lombok dimulai pada abad ke-19, setelah lama pulau ini terlepas dari kendali kerajaan besar di Jawa dan Bali. Sebelum kedatangan Belanda, Lombok berada di bawah kekuasaan Kerajaan Karangasem dari Bali. Ketika Belanda mulai menguasai sebagian besar wilayah Indonesia, mereka melihat Lombok sebagai bagian penting dari jalur perdagangan di kawasan Nusantara. Hal ini memicu ketegangan antara Belanda dan Kerajaan Karangasem yang saat itu menguasai Lombok.
Pada tahun 1894, Belanda memutuskan untuk melancarkan ekspedisi militer ke Lombok. Sebagai bagian dari strategi imperialisme, Belanda ingin mengamankan pulau ini dan mengurangi kekuatan kerajaan-kerajaan lokal yang masih bertahan. Mereka mulai menyerang Lombok dengan alasan untuk mengendalikan wilayah yang dianggap strategis ini. Salah satu alasan utama adalah pengaruh Islam yang mulai berkembang di pulau tersebut, yang dilihat Belanda sebagai ancaman terhadap kontrol mereka.
Pertempuran sengit terjadi antara pasukan Belanda dan pasukan lokal yang dipimpin oleh Raja Lombok, Cakranegara. Meskipun pada awalnya kerajaan Lombok berhasil menahan serangan Belanda, pada akhirnya pasukan Belanda yang lebih besar dan lebih terorganisir berhasil menaklukkan kerajaan tersebut. Pada 1894, Belanda berhasil menguasai Lombok dan memasukkan pulau ini ke dalam wilayah kekuasaannya sebagai bagian dari Hindia Belanda.
Setelah menguasai Lombok, Belanda melakukan kebijakan yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Sasak. Mereka membentuk struktur pemerintahan yang terpusat dan mengubah sistem administrasi serta ekonomi lokal. Banyak orang Sasak yang dipaksa untuk bekerja di perkebunan atau proyek-proyek infrastruktur milik Belanda. Selain itu, Belanda juga mulai memperkenalkan sistem pajak yang berat, yang memberi dampak besar pada kehidupan ekonomi masyarakat Lombok.
Meskipun demikian, pengaruh Belanda tidak sepenuhnya berhasil mengubah kehidupan budaya dan agama masyarakat Lombok. Orang Sasak tetap mempertahankan tradisi dan adat mereka, meskipun dalam bentuk yang lebih terbatas. Bahkan, di tengah penjajahan, perlawanan terhadap kekuasaan Belanda tetap ada. Banyak tokoh lokal yang menjadi simbol perlawanan, meskipun pada akhirnya mereka tidak mampu menggulingkan kekuasaan kolonial.
Kekuasaan Belanda di Lombok bertahan hingga masa kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Dampak dari kolonialisme ini masih dapat dirasakan hingga kini dalam bentuk infrastruktur, pola ekonomi, dan juga beberapa kebiasaan administratif yang ada di Lombok. Meski demikian, sejarah kolonialisme di Lombok mengajarkan banyak hal tentang perjuangan masyarakat lokal dalam mempertahankan identitas mereka di tengah-tengah pengaruh luar yang besar. Kini, jejak sejarah ini bisa ditemukan dalam berbagai situs, seperti benteng-benteng dan bangunan peninggalan Belanda yang masih ada di beberapa tempat di Lombok.